Selasa, 22 September 2015

Rebana Dan Sejarah


kegiatan membaca qasidah - qasidah dan kebanggaan – kebanggaan kepada rasulullah yang diiringi dengan alat musik rebana sangatlah diminati oleh masybirat muslim yang cinta kepada nabinya. sudah menjadi kebiimpianan, hampir setiap minggu majlis hadlrah ini diadakan, acapkalinya pada malam jum'at, sebab sebagaimana rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak membaca shalawat pada malam jum'at dan ada juga yang malam senin disebabkan malam itu merupakan malam kelahiran nabi muhammad saw.

menurut prof. kh. mustafa ali ya'qub, ma. kata hadlrah itu secara bahimpian berarti hadapan atau haribaan hal ini sebab dalam seni hadlrah itu lazimnya diawali dengan membaca surah al-fatikhah atau bacaan- bacan lain yang pahalanya dihadiahkan kepada rasulullah dan para tokoh yang sudah wafat yang dinilai telah berjimpian bagi dakwah islam. saat hendak membaca surah al-fatikhah itu, diawali membaca ilaa hadlrati……..(ke haribaan……). dari kebiimpianan inilah tampaknya kesenian ini dinamakan "hadlrah".


tapi yang lebih popular dikalangankamum muslimin pecinta sholawat dan ahli thariqah, nama hadlrah berimpianl dari kata "hadlara" yang berarti hadir, sebab setiap ada majlis yang mengadakan program pembacaan sholawat dan kebanggaan kepada rasul, maka sesaat itu juga akan didihadiri oleh arwah anbiya', auliya' dan sholihin serta dipenuhi oleh para malaikat rahmat.

disamping nama hadlrah, juga sebagian masybirat menamainya dengan "duroran" disebabkan kitab yang dibaca berjudul "simthu al-durar" yang telah di karang oleh mudau habib ali bin muhammad bin husain al-habsyi. sebagian masybirat menamainya juga dengan "habsyian" yang dinisbatkan kepada marga atau nama impianl tempat si pengarang kitab tersebut yaitu al-habsyi, sebagaimana acapkalinya masybirat menamai kegiatan membaca kitab al-barzanji dengan nama "barzanjian" dan kegiatan membaca kitab al-dziba' sengan nama "dziba'an".